Selasa, 02 April 2013

tugas asskeb IV A post partum psikosa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Patologi Kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini sebagai mahasiswi kebidanan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya post partum psikosa. Dimana seorang ibu pasca melahirkan akan mengalami gangguan psikologis, psikosa ini pertama kali dikenal sebagai gangguan pada tahun 1850, psikosis postpartum adalah suatu kondisi mental yang sangat serius yang memerlukan perhatian medis segera.  Menariknya, studi tentang tingkat gangguan telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan 1800-an.
Sementara itu adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan mood pascamelahirkan, psikosis pascapersalinan juga merupakan salah satu yang paling langka.  Biasanya digambarkan sebagai periode ketika seorang wanita kehilangan sentuhan dengan realitas, gangguan tersebut terjadi pada wanita yang baru melahirkan.  Ini mempengaruhi antara satu dan dua perempuan per 1.000 wanita yang telah melahirkan.
Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi kapan saja dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan, wanita yang memiliki postpartum psikosis biasanya mengalami gejala dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan.  Gejala psikosis postpartum biasanya muncul tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari setelah periode bebas gejala.
1.2    Rumusan Masalah
         1. apa yang dimaksud dengan gangguan post partum psikosa
         2. bagaimana cara penanganan pada gangguan post partim psikosa


1.3    Tujuan
         1.  Mengetahui apa itu gangguan psikologi post partum.
         2.  Mengetahui apa saja gangguan psikologi post partum
         3. Mengetahui penyebab gangguan psikologi post partum.
         4. Mengetahui gejala pada gangguan psikologi post partum.
         5. Mengetahui gambaran klinis gangguan psikologi post partum.
         6. Mengetahui pencegahan gangguan psikologi post partum.
         7.  Mengetahui bagaimana penanganan gangguan psikologi post partum.








                                                                                     





BAB II
PEMBAHASAN

2.1    DEFINISI
         Psikosa adalah gangguan  kejiwaan yang meliputi keseluruhan pribadi seseorang, sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
         Dalam bentuk yang ringan, gannguan kejiwaan seperti diatas disebut dengan character disorser yang dapat kita lihat, misalnya pada seseorang yang eksentrik yang berdandan sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memperdulikan apakah dandanannya tersebut akan jadi bahan tertawaan atau tidak.
         Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
         Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1.   Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.


2.   Psikosa organic
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.

2.2        Etiologi

Etiologi tersebut diduga multifaktorial dan beberapa factor resiko diduga berperan pada terjadinya depresi pasca salin antara lain factor sosiokultural (dalam hal ini dukungan suami dan keluarga, atau mungkin juga factor kepercayaan atau etnik), factor obstetric gynekologi (kondisi bayi dan kondisi fisik ibu), factor psikososial (adanya stressor psikososila,factor kepribadian, riwayat mengalami depresi dan problem emosional lainnya.),serta factor hormonal yang kini diduga kecil pengaruhnya terhadap depresi pasca salin.
Puerperium atau masa nifas adalah periode yang terdapat perubahan-perubahan fisiologis dan psikososial yang bernakna. Terjadinya perubahan hormonal yang cepat telah dipikirkan sebagai penyebab munculnya gangguan afektif. Victor Louis Marce adalah penelitipertama yang menyebutkan adanya transisi fisiologis setelah partus yang mungkin memainkan peranan penting dalam pathogenesis gangguan masa nifas, jauh sebelum munculnya teori endokrinologi modern.
Penelitian lain menemukan adanya kerentanan biologis terhadap gangguan jiwa mas nifas dan menekankan adanya beberapa individu yang lebih rentan terhadap perubahan fisiologis selam masa nifas. Bagaimanapun juga dampak factor psikososial terhadap perkembangan gangguan afektif selama masa nifas tidak dapat disepelekan. Karena begitu banyaknya factor yang berpengaruh dan kompleksnya interaksi antar factor-faktor ini, sulit untuk menentukan factor-faktor risiko untuk gangguan psikiatrik masa nifas dan untuk memprediksikan secara tepat orang-orang yang akan mengalami penggua afektif masa nifas.

2.3        Variabel Demografik

Banyak kelompok studi telah meneliti hubungan antara risiko untuk terjadinya postpartum bluse dan depresi post partum serta beberapa variable demografik seperti umur, status pernikahan, paritas, tingkat pendidikan dan status social ekonomi. Bagaimana pun juga terdapat sedikit bukti bahwa beberapa factor demografi menempatkan seorang wanita pada resiko terjadinya gangguan afektif puerperalis, terdapat paling sedikit satu laporan yang menunjukkan bahwa 26% depresi masa nifas terjadi pada ibu usia belasan.
Sangat sulit untuk mengidentifikasi factor-faktor risiko terjadinya psikosis puerperalis karena sangat rendahna prevalensi subtype ini pada gangguan mental masa nifas. Beberapa laporan menunjukkan bahwa primipara lebih rentan terhadap psikosis puerperalis dari pada wanita multipara. Studi lain menunjukkan bahwa komplikasi obstetric seperti partus lama,seksio sesaria, lahir mati(still birth).

2.4        Faktor Psikososila
Variable psikososial nampaknya memainkan  peranan penting dalam menentukan kerentanan gangguan afektif selama masa nifas. Banyak studi yang mencari kaitan antara ciri kepribadian serta mekanisme coping tertentu namun penemuan-penemuannya masih inkonsisten. Sebaliknya beberapa kelompok studi menemukan bahwa kehidupan yang penuh tekanan selama kehamilan atau dekat pada persalinan cenderung meningkatkan kecenderungan gangguan depresi masa nifas. Salah satu penemuan yang paling konsisten adalah gangguan depresif masa nifas paling umum terdapat pada wanita-wanita yang mendapatkan ketidakpuasan dalam perkawinan atau dukungan social yang adekuat.

2.5        Riwayat gangguan psikiaterik
walaupun terdapat kesulitan dalam mengidentifik variable demografik dan psikososial yang spesifek yang secara konsisten dapat memprediksikan risiko gangguan pasikiatrik masa nifas, terdapat adanya sosialisasi yang antara semua tipe gangguan psikiater masa nifas dan adanya riwayat gangguan efektif. Riwayat gangguan psikiatrik dan risiko terjadinya gangguan psikiatrik masa nifas ulangan.

2.6        Faktor Hormonal
Masa nifas ditandai dengan pergantian lingkungan hormonal secara cepat. Dalam 48 jam pertama setealah  melahirkan, kadar estrogen dan progesterone turun secara dramatis dan secara bersamaan kadar kortisol menurun setelah melahirkan. Karena hormon-hormon yang berpengaruh dianataranya;
a.     Progesteron: beberapa laporan telah menduga adanya keterkaitan antara gangguan afektif selama masa nifas dengan menurunkan konsentrasi progesterone dan menyarankan untuk dipakainya terapai hormone (progesteron)pengganti sebagai pengobatan gangguan efektif selama masa nifas. Namun beberapa studi lain tidak menemukan perbedaan yang konsisten pada konsentrasi progesterone masa nifas antara wanita yang depresi dan non depresi
b.   Estrogen: beberapa studi telah meneliti hubungan antara kadar estrogen masa nifas dengan risiko terjadinya post partum blues dan depresi dan menduga bahwa defisensi estrogen pascasalin bisa menghasilkan gangguan afektif. Walaupun beberapa studi telah mengobservasi kadar estrogen yang rendah pada wanita yang berkembang menjadi postpartum blues dan depresi, sebagian besar studi tidak menemukan hubungan yang berarti.
c.    Kortisol: konsentrasi kortisol yang tinggi di akhir kehamilan mencapai puncaknya selama proses kelahiran. Konsenrasi kortisol menurun secara mendadak setelah persalinan dan kembali ke kadar semula seperti sebelum kahamilan secara bertahap selama beberapa bulan. Kekacauan dalam sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal bisa memainkan peranan penting dalam minimal beberapa kasus depresi mayor nonpuesperal. Namun beberapa studi terakhir tidak menemukan dukungan yang cukup untuk hubungan antara kadar kortisol den postpartum blues atau depresi. Tes supresi deksametason (dexacidin) tidak bisa memebedakan antara wanita yang depresi dan nondepresi selama masa nifas.
d.   Hormon tiroid: konsentrasi tiroksin tinggi selam kehamilan dan turun selama periode pasca salin. Tes fungsi titoid yang abnormal biasa terjadi selam masa nifas. Hipotiroidisme klinis terjadi pada sampai 10% wanita setelah persalinan. Walaupun disfungsi tiroid terutama hipotiroidisme bisa menghasilkan gejala-gejala pssikiatrik tidak ada studi yang melaporkan secara konsisten asosiasi antara drpresi pascasalin dengan disfungsi tiroid (baik hipotiroidisme atau hipertiroidisme).


2.7        Patofisiologis

Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan wanita. Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh diri yang merupakan reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat, berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi, penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.

2.8        Tanda dan gejala
a.        Gejala awal :
1.               Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
2.               Sulit tidur atau imsomnia
3.               Sering menangis
4.               Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan
5.               Merasa Letih dan lelah
6.               Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan
7.               Mudah tersinggung / labil
8.               Sakit kepala
9.               Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba
10.           Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya
11.           Menolak makan dan minum
b.   Gejala lanjutan :
1.               Curiga berlebihan
2.               Kebingungan
3.               Sulit konsentrasi
4.               Bicara meracau atau inkoheren
5.               Irasional
6.               Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )
7.               Agresif
8.               Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan  membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1.      delusi
2.      halusinasi
3.      gangguan saat tidur
4.      obsesi mengenai bayi
2.9        Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
2.10    Pemeriksaan
a.         Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak sesuai
b.      Bayi : bukti adanya penelantaran
2.11    Patologis
Tidak ada patologi yang dapat diidentifikasi
2.12    Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang
2.13    Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
2.14    Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
1.    Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
2.   Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3.   Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.
4.      Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5.       Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
6.      Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan
7.       Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
8.      Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.
2.15    Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1.      beristirahat cukup
2.      mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3.      bergabung dengan orang-orang yang baru
4.      bersikap fleksible
5.      berbagi cerita dengan orang terdekat
6.      sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara hati – hati jika menyusui).
2.16    Pengobatan
  1. Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain : dirawat di rumah sakit.
  2. Obat2 : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.
2.17    Komplikasi
1.                  Bunuh diri
2.                  Penelantaran anak
3.                  Pengasuhan yang tidak sesuai
4.                  Berpikir untuk menyakiti
5.                  Pembunuhan bayi
2.18    Prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang. Episode puerpuralis berlangsung relative singkat dan biasanya lamanya tidak lebih dari 3 bulan. Banyak wanita yang menderita gangguan tersebut lebih lama dan beberapa studi menegaskan bahwa episode depresi lebih berat pada orang-orang yang mempunyai riwayat gangguan depresi mayor. Secara umum wanita dengan gangguan mood pasca salin mempunyai prognosis yang baik. Pada kira-kira setengah kasus depresi pasca salin atau psikosis puerperalis merupakan konsep gangguan psikiatrik yang pertama. Walaupun diperkirakan adanya sub populasi wanita yang hanya mempunyai episode puerperal gangguan psikiatrik. Mayoritas wanita dengan gangguan psikiatrik masa nifas akan berlanjut mempunyai episode laporan psikiatrik non puerperal. Angka rekurensi tampaknya tinggi pada wanita dengan gangguan bipolar. Gangguan psikiatrik masa nifas berhubungan dengan gangguan psikatrik rekuren pada ibunya. Kegagalan mengobati bisa berperan dalam timbulnya gangguan psikiatrik jangka panjang dan lebih refrakter terhadap pengobatan.








.BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa. Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.  Post partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Meskipun banyak wanita dengan gangguan tersebut menyadari sesuatu yang salah dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara kepada penyedia pelayanan  kesehatan .sangata menyedihkan adalah kenyataan bahwa psikosis postpartum sering salah didiagnosis atau dianggap depresi postpartum , sehingga mencegah seorang wanita menerima perhatian medis yang tepat yang dia butuhkan.











DAFTAR PUSTAKA

http://bukankuyg biasa.blogspot.com/2007/02/psikosa -post-partum/
http://fadlan’s world-sheikh famili-psikosa pasca melahirkan/
Misha Datta…. [et al.]). 2009. Rujukan cepat obstetric & ginekologi.; alih bahasa, Toni
         Priliono ; editor edisi bahasa Indonesia, Andita Novrianti, Windriya Kerta Nirmala.
         Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). Jakarta : EGC
Rukiyah,Ai yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan).jakarta:trans info media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar