BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Patologi
Kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan kesehatan dan harus
dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini sebagai mahasiswi kebidanan harus
bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum diantaranya post partum
psikosa. Dimana seorang ibu pasca melahirkan akan mengalami gangguan
psikologis, psikosa ini pertama kali dikenal sebagai gangguan pada tahun 1850,
psikosis postpartum adalah suatu kondisi mental yang sangat serius yang
memerlukan perhatian medis segera. Menariknya,
studi tentang tingkat gangguan telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang
mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan 1800-an.
Sementara itu
adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan mood pascamelahirkan, psikosis
pascapersalinan juga merupakan salah satu yang paling langka. Biasanya digambarkan sebagai periode
ketika seorang wanita kehilangan sentuhan dengan realitas, gangguan tersebut
terjadi pada wanita yang baru melahirkan. Ini mempengaruhi antara satu dan dua
perempuan per 1.000 wanita yang telah melahirkan.
Meskipun
timbulnya gejala dapat terjadi kapan saja dalam tiga bulan pertama setelah
melahirkan, wanita yang memiliki postpartum psikosis biasanya mengalami gejala
dalam 2-3 minggu pertama setelah melahirkan. Gejala psikosis postpartum biasanya
muncul tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari setelah
periode bebas gejala.
1.2 Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan gangguan
post partum psikosa
2. bagaimana cara penanganan pada
gangguan post partim psikosa
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui apa itu gangguan psikologi post partum.
2. Mengetahui
apa saja gangguan psikologi post partum
3. Mengetahui penyebab gangguan
psikologi post partum.
4. Mengetahui gejala pada gangguan
psikologi post partum.
5. Mengetahui gambaran klinis gangguan
psikologi post partum.
6. Mengetahui pencegahan gangguan
psikologi post partum.
7. Mengetahui
bagaimana penanganan gangguan psikologi post partum.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Psikosa
adalah gangguan kejiwaan yang meliputi
keseluruhan pribadi seseorang, sehingga orang yang mengalami tidak bisa lagi
menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum.
Dalam
bentuk yang ringan, gannguan kejiwaan seperti diatas disebut dengan character
disorser yang dapat kita lihat, misalnya pada seseorang yang eksentrik yang
berdandan sesuai dengan seleranya sendiri tanpa memperdulikan apakah
dandanannya tersebut akan jadi bahan tertawaan atau tidak.
Psikosa
pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham,
halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi
kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius,
yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan
menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu,
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa
postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan. Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
1. Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang
faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang
berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau
pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang.
2. Psikosa
organic
Disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari suatu psikosa
fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
2.2
Etiologi
Etiologi
tersebut diduga multifaktorial dan beberapa factor resiko diduga berperan pada
terjadinya depresi pasca salin antara lain factor sosiokultural (dalam hal ini
dukungan suami dan keluarga, atau mungkin juga factor kepercayaan atau etnik),
factor obstetric gynekologi (kondisi bayi dan kondisi fisik ibu), factor
psikososial (adanya stressor psikososila,factor kepribadian, riwayat mengalami
depresi dan problem emosional lainnya.),serta factor hormonal yang kini diduga
kecil pengaruhnya terhadap depresi pasca salin.
Puerperium
atau masa nifas adalah periode yang terdapat perubahan-perubahan fisiologis dan
psikososial yang bernakna. Terjadinya perubahan hormonal yang cepat telah
dipikirkan sebagai penyebab munculnya gangguan afektif. Victor Louis Marce
adalah penelitipertama yang menyebutkan adanya transisi fisiologis setelah
partus yang mungkin memainkan peranan penting dalam pathogenesis gangguan masa
nifas, jauh sebelum munculnya teori endokrinologi modern.
Penelitian
lain menemukan adanya kerentanan biologis terhadap gangguan jiwa mas nifas dan
menekankan adanya beberapa individu yang lebih rentan terhadap perubahan
fisiologis selam masa nifas. Bagaimanapun juga dampak factor psikososial
terhadap perkembangan gangguan afektif selama masa nifas tidak dapat
disepelekan. Karena begitu banyaknya factor yang berpengaruh dan kompleksnya
interaksi antar factor-faktor ini, sulit untuk menentukan factor-faktor risiko untuk
gangguan psikiatrik masa nifas dan untuk memprediksikan secara tepat
orang-orang yang akan mengalami penggua afektif masa nifas.
2.3
Variabel Demografik
Banyak
kelompok studi telah meneliti hubungan antara risiko untuk terjadinya
postpartum bluse dan depresi post partum serta beberapa variable demografik
seperti umur, status pernikahan, paritas, tingkat pendidikan dan status social
ekonomi. Bagaimana pun juga terdapat sedikit bukti bahwa beberapa factor
demografi menempatkan seorang wanita pada resiko terjadinya gangguan afektif
puerperalis, terdapat paling sedikit satu laporan yang menunjukkan bahwa 26%
depresi masa nifas terjadi pada ibu usia belasan.
Sangat
sulit untuk mengidentifikasi factor-faktor risiko terjadinya psikosis
puerperalis karena sangat rendahna prevalensi subtype ini pada gangguan mental
masa nifas. Beberapa laporan menunjukkan bahwa primipara lebih rentan terhadap
psikosis puerperalis dari pada wanita multipara. Studi lain menunjukkan bahwa
komplikasi obstetric seperti partus lama,seksio sesaria, lahir mati(still
birth).
2.4
Faktor Psikososila
Variable psikososial nampaknya memainkan peranan penting dalam menentukan kerentanan
gangguan afektif selama masa nifas. Banyak studi yang mencari kaitan antara
ciri kepribadian serta mekanisme coping tertentu namun penemuan-penemuannya
masih inkonsisten. Sebaliknya beberapa kelompok studi menemukan bahwa kehidupan
yang penuh tekanan selama kehamilan atau dekat pada persalinan cenderung
meningkatkan kecenderungan gangguan depresi masa nifas. Salah satu penemuan
yang paling konsisten adalah gangguan depresif masa nifas paling umum terdapat
pada wanita-wanita yang mendapatkan ketidakpuasan dalam perkawinan atau
dukungan social yang adekuat.
2.5
Riwayat gangguan psikiaterik
walaupun
terdapat kesulitan dalam mengidentifik variable demografik dan psikososial yang
spesifek yang secara konsisten dapat memprediksikan risiko gangguan pasikiatrik
masa nifas, terdapat adanya sosialisasi yang antara semua tipe gangguan
psikiater masa nifas dan adanya riwayat gangguan efektif. Riwayat gangguan
psikiatrik dan risiko terjadinya gangguan psikiatrik masa nifas ulangan.
2.6
Faktor Hormonal
Masa nifas ditandai dengan pergantian lingkungan
hormonal secara cepat. Dalam 48 jam pertama setealah melahirkan, kadar estrogen dan progesterone
turun secara dramatis dan secara bersamaan kadar kortisol menurun setelah
melahirkan. Karena hormon-hormon yang berpengaruh dianataranya;
a. Progesteron: beberapa laporan telah menduga
adanya keterkaitan antara gangguan afektif selama masa nifas dengan menurunkan
konsentrasi progesterone dan menyarankan untuk dipakainya terapai hormone
(progesteron)pengganti sebagai pengobatan gangguan efektif selama masa nifas.
Namun beberapa studi lain tidak menemukan perbedaan yang konsisten pada
konsentrasi progesterone masa nifas antara wanita yang depresi dan non depresi
b. Estrogen:
beberapa studi telah meneliti hubungan antara kadar estrogen masa nifas dengan
risiko terjadinya post partum blues dan depresi dan menduga bahwa defisensi
estrogen pascasalin bisa menghasilkan gangguan afektif. Walaupun beberapa studi
telah mengobservasi kadar estrogen yang rendah pada wanita yang berkembang
menjadi postpartum blues dan depresi, sebagian besar studi tidak menemukan
hubungan yang berarti.
c. Kortisol:
konsentrasi kortisol yang tinggi di akhir kehamilan mencapai puncaknya selama
proses kelahiran. Konsenrasi kortisol menurun secara mendadak setelah
persalinan dan kembali ke kadar semula seperti sebelum kahamilan secara
bertahap selama beberapa bulan. Kekacauan dalam sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal
bisa memainkan peranan penting dalam minimal beberapa kasus depresi mayor
nonpuesperal. Namun beberapa studi terakhir tidak menemukan dukungan yang cukup
untuk hubungan antara kadar kortisol den postpartum blues atau depresi. Tes supresi
deksametason (dexacidin) tidak bisa memebedakan antara wanita yang depresi dan
nondepresi selama masa nifas.
d. Hormon
tiroid: konsentrasi tiroksin tinggi selam kehamilan dan turun selama periode
pasca salin. Tes fungsi titoid yang abnormal biasa terjadi selam masa nifas.
Hipotiroidisme klinis terjadi pada sampai 10% wanita setelah persalinan.
Walaupun disfungsi tiroid terutama hipotiroidisme bisa menghasilkan
gejala-gejala pssikiatrik tidak ada studi yang melaporkan secara konsisten
asosiasi antara drpresi pascasalin dengan disfungsi tiroid (baik hipotiroidisme
atau hipertiroidisme).
2.7
Patofisiologis
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan
wanita. Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan
perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama
kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan
mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh
diri yang merupakan reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan
psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai
ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan
suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya
sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu
menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik
antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa
pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan
gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum
dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama
sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa
ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat,
berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri
sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh
bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi,
penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau
disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan
adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya
gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.
2.8
Tanda dan gejala
a. Gejala awal :
1.
Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
2.
Sulit tidur atau imsomnia
3.
Sering menangis
4.
Gelisah, cemas dan iritable yang
berlebihan
5.
Merasa Letih dan lelah
6.
Semangat menurun ataupun kehilangan
sensasi menyenangkan
7.
Mudah tersinggung / labil
8.
Sakit kepala
9.
Peningkatan ataupun penurunan berat
badan secara tiba-tiba
10.
Memperlihatkan penurunan minat pada
bayinya
11.
Menolak makan dan minum
b. Gejala
lanjutan :
1.
Curiga berlebihan
2.
Kebingungan
3.
Sulit konsentrasi
4.
Bicara meracau atau inkoheren
5.
Irasional
6.
Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang
dan berulang-ulang )
7.
Agresif
8.
Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )
Walaupun banyak wanita pasca melahirkan
mengalami depresi postpartum tapi tidak semuanya berlanjut menjadi psikosa
postpartum. Tapi setiap psikosa postpartum pasti di awali oleh depresi
pospartum dan bisa sampai melukai diri sendiri bahkan membunuh anak-anaknya.
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
2.9
Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini
dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan
berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan
kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga,
sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta
nafas terasa cepat.
2.10 Pemeriksaan
a. Ibu : bertindak semaunya, berbusana tidak
sesuai
b. Bayi
: bukti adanya penelantaran
2.11 Patologis
Tidak ada patologi yang dapat
diidentifikasi
2.12 Pemeriksaan
Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang
2.13 Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani
kasus psikosis pospartum ini adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan
sekitar ibu dan medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk
ibu dirawat dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota
keluarga dalam penanganan terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari
orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
2.14 Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat
membantu wanita terbebas dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
1. Pelajari
diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai
depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi
ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Tidur
dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk kesehatan,
lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting
dalam periode pospartum.
3. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi depresi
postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap
hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional
yang berlebihan.
4. Beritahukan
perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan perasaan
ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu.
Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun
orang yang terdekat.
5. Dukungan
dari keluarga dan orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari mulai
kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu bahwa
keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
6. Persiapan
diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat
diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan
7. Lakukan
pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit banyak
dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama periode
pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan memasak atau
membersihkan rumah.
8. Dukungan
emosional
Minta dukungan emosional dari keluarga
dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress.
Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa
lebih baik dari setelahnya.
2.15 Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi
darurat kesehatan mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini
dikarenkan wanita yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau
bersedia untuk berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka
kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk
membantu mereka mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini
biasanya diatasi dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan
terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan
manfaat dari konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan
dengan baik, sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini
sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan
keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang
seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan
tenaga medis
Tatalaksana
juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan
risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit
spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara
hati – hati jika menyusui).
2.16 Pengobatan
- Jika diperkirakan menimbulkan
ancaman bagi diri sendiri atau orang lain : dirawat di rumah sakit.
- Obat2
: anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas.
2.17 Komplikasi
1.
Bunuh diri
2.
Penelantaran anak
3.
Pengasuhan yang tidak sesuai
4.
Berpikir untuk menyakiti
5.
Pembunuhan bayi
2.18 Prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20%
mengalami psikosis masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis
berulang. Episode puerpuralis berlangsung relative singkat dan biasanya lamanya
tidak lebih dari 3 bulan. Banyak wanita yang menderita gangguan tersebut lebih
lama dan beberapa studi menegaskan bahwa episode depresi lebih berat pada orang-orang
yang mempunyai riwayat gangguan depresi mayor. Secara umum wanita dengan
gangguan mood pasca salin mempunyai prognosis yang baik. Pada kira-kira
setengah kasus depresi pasca salin atau psikosis puerperalis merupakan konsep
gangguan psikiatrik yang pertama. Walaupun diperkirakan adanya sub populasi
wanita yang hanya mempunyai episode puerperal gangguan psikiatrik. Mayoritas
wanita dengan gangguan psikiatrik masa nifas akan berlanjut mempunyai episode
laporan psikiatrik non puerperal. Angka rekurensi tampaknya tinggi pada wanita
dengan gangguan bipolar. Gangguan psikiatrik masa nifas berhubungan dengan
gangguan psikatrik rekuren pada ibunya. Kegagalan mengobati bisa berperan dalam
timbulnya gangguan psikiatrik jangka panjang dan lebih refrakter terhadap
pengobatan.
.BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum,
post partum blues, dan post partum psikosa. Post Partum Blues (PBB) sering juga
disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu
sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh
persalinan. Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari
setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun
bahkan sampai 1 tahun kedepan. Post
partum psikosa dalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan. Meskipun banyak wanita dengan gangguan tersebut menyadari
sesuatu yang salah dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara kepada penyedia
pelayanan kesehatan .sangata menyedihkan
adalah kenyataan bahwa psikosis postpartum sering salah didiagnosis atau
dianggap depresi postpartum , sehingga mencegah seorang wanita menerima
perhatian medis yang tepat yang dia butuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://bukankuyg
biasa.blogspot.com/2007/02/psikosa -post-partum/
http://fadlan’s
world-sheikh famili-psikosa pasca melahirkan/
http://wik-anggraini23.blogspot.com/2012/08/post-partum-psikosa.html
diunduh pada 29 maret 2013 pukul 20.00
Misha Datta…. [et al.]). 2009. Rujukan cepat obstetric &
ginekologi.; alih bahasa, Toni
Priliono ; editor edisi bahasa
Indonesia, Andita Novrianti, Windriya Kerta Nirmala.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam
Terbitan (KDT). Jakarta : EGC
Rukiyah,Ai
yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan).jakarta:trans
info media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar